Berpuisi di Hadapan Tuhan

Duhai Tuhan Maha Cinta
Izinkan aku membenci cinta kali ini saja
Agar perih itu sirna
Agar hatiku buta
Kali ini saja

Pernah aku merasa kosong
Tak ada ujungnya
Hingga pagi menyingsing
Tak ada beda

Pernah aku merasa hina
Tak pantas mencinta
Karena janji yang tak tertulis
Karena dilema



Ya, aku bisa saja
Dengan mudahnya meminum arak
Lalu lupa
Ya, aku bahkan bisa
Menciummu, tepat dikeningmu
Di kening bayangan semu

Pernah lagi mulutku disumpal selang
Ditiupkan gas hidrogen
Hingga tubuhku melayang menatap plafon rumah
Pernah lagi tubuhku dihempas topan
Jatuh terguling
Dan tak mungkin bangkit lagi

Tapi semua tak seberapa
Pernah, ya aku pernah
Jika kamu tahu ruang yang paling sepi
Jika kamu tahu suara yang paling lirih
Jika kamu tahu cahaya yang paling gelap
Disanalah aku


Oya, maaf aku lancang menilaimu
Tapi kamu begitu sempurna dimataku
Sehingga, jauh sebelum aku mengenal kata cinta
Aku sudah terlebih dahulu cinta padamu


Aku sempat cemburu pada waktu
Terus berjalan, meski semua terdiam
Dan aku masih terdiam


Ya, aku pencemburumu
Aku cemburui semua yang ada di sekitarmu
Yang bebas
Aku cemburui bahkan diriku sendiri
Yang mampu mencitaimu



Duhai Tuhan Maha Cinta
Pecundangi aku dengan cinta
Mungkin aku bahagia


Category: ,

0 comments:

Posting Komentar