Tibalah hari dimana aku bertemu pelajaran ekonomi sekali lagi...

Semua tau, lomba gerak jalan diadakan baru baru ini. Padahal seharusnya lomba gerak jalan itu diadakan pada saat peringatan HUT kemerdekaan RI. Dan aku yakin satu hal, pasti lomba gerak jalan diundur buat pengalihan perhatian kasus nasrudin.

Walaupun kasus nasrudin udah terlambat. Yah, seperti kata pepatah, tiada kata terlambat untuk belajar.

yang penting sama sama ada kata kata "terlambat"

Jadi gini, kebetulan sekolahku ikut lomba gerak jalan sebagai pengalih perhatian kasus nasrudin... Eh, sebagai peringatan 17an. Nah, kebetulan pula, AKU sebagai anak bangsa yang cinta tanah air dan cinta ayah ibu dan keluargaku,

Yah, semua tau kalo aku baru aja kehilangan laptop. Dan selama aku kehilangan itu aku gabisa ngepost, dan banyak ide yang terbuang sia-sia hanya karena gaada media buat nulisnya. Sebenernya, post ku yang sebelum ini adalah salah satu ide yang ku pikirkan sejak lama. Dan ide itu kusimpen di dalem hape. Baru ku keluarin sekarang pada saat aku punya media lagi -_-

Setelah sekian lama absen dari dunia perpostingan, akhirnya wuagwong kembali dengan laptop dan modem baru. Jiahahahah, pamer dikit gaapa lah. Mantap

Oke, hal pertama yang mau kutulis kali ini adalah tentang betapa aku gasuka dengan negeri yang sudah jadi tanah kelahiranku tercinta. Ya, aku gasuka dengan negeri ini, gasuka dengan segala sesuatu yang berbau Indonesia. Tapi, entah kenapa aku masih dengan bangganya mencintai bangsa ini. Bangsa yang seharusnya masih banyak dibenahi.
Yee, sekali sekali ngomong agak berat gapapalah. Jangan sirik dong

Salah satu yang kubenci di Indonesia adalah budaya mereka dalam melakukan antrian. Coba deh liat aja, orang biasanya pengen cepet cepet ngedahuluin antrian di depannya. Kadang-kadang sampe ndusel disamping depannya. Begitu lengah dikit, lewatin deh. Abis itu pura pura gatau. Tapi ketika ditanya mau duluan apa gak, malah ngomong "gapapa mas/mbak duluan aja".

Sedikit puisi jaman dulu yang ku post kembali di blog ini, dengan sedikit perubahan.


Puisi Yang Bercinta

Cinta indah terperikan bulan
Cinta busuk terperikan arang
Cinta tak tampak, cinta dirasa, cinta segalanya
Tanpa cinta, tanpa kita

Semua ada karena cinta
Semua cinta karena hati
Hati indah karena ada
Karena ada, cinta pun ada

Bila benci merasuk jiwa
Cinta hilang ditelan gelap
Tak ada hati, tak ada eksistensi