Belakangan saya mendapatkan ide tentang pernyataan "kita harus ada chemistry" ketika suatu kelompok/pasangan berbicara tentang hubungan mereka. Hal ini sedikit menggelitik karena dua hal tersebut memiliki makna yang berbeda ketika di bahas per kata. Chemistry merupakan arti dari kimia atau hal-hal yang membahas mengenai sifat kimiawi suatu substansi di kehidupan sehari-hari. Sedangkan hubungan antar manusia tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu tersebut.
Saya mencoba mencari tahu garis apa yang sebenarnya menghubungkan kedua frasa yang berbeda makna itu dalam satu kalimat yang menciptakan makna lain daripada kalimat itu sendiri. Kalau dalam istilah bahasa mungkin metafora kali ya. Correct me if im wrong.
Salah satu bagian kecil ilmu chemistry adalah mempelajari sifat-sifat ikatan suatu substansi. Dimana ketika sebuah atom berikatan dengan atom lain akan menghasilkan sifat berbeda dari sifat awal atom tersebut, bahkan akan menjadi sangat berbeda ketika berikatan dengan atom-atom lain dan membentuk senyawa yang lebih kompleks.
Contoh sederhana saja, hidrogen ketika berdua akan menjadi gas yang sangat ringan bahkan sering terlepas ke luar angkasa
Tetapi ketika hidrogen bertemu dengan oksigen, ia akan menjadi satu substansi penting yang menyusun hampir 70% tubuh manusia. Bahkan 2/3 bumi adalah hasil dari ikatan atom-atom tersebut.
Lain cerita ketika hidrogen bertemu dengan sulfur. Mereka akan menjadi suatu gas yang sangat beracun dan berat. Racun yang sering dikeluarkan dari gunung berapi.
Begitu juga dengan manusia. Ketika manusia sedang sendiri, mereka akan mempunyai sifatnya masing-masing. Namun ketika ia bertemu dengan manusia lainnya, akan menghasilkan sifat tertentu yang bahkan mungkin akan sangat berbeda dari sifat aslinya.
Kita sebagai manusia harus tahu sedang dimana kita berada. Apakah kita berada di kelompok yang membawa manfaat, ataukah membawa mudharat? Apakah di majlis ilmu yang membawa maslahat, ataukah majlis ghibah yang mengundang maksiat?
Begitu juga dalam memilih pasangan. Layaknya atom yang berikatan ionik, satu memberi yang lain menerima. Ataukah kovalen, saling berbagi satu sama yang lain. Walaupun kovalen terkesan adil, kenyataannya ikatan ionik lah yang mempunyai ikatan yang lebih kuat.
Mari membangun kesadaran diri. Sedang berada di senyawa apa, ikatan apa, dan apa yang akan dihasilkan dari ikatan-ikatan yang kita ciptakan. Apakah kita akan menjadi Neon yang selalu sendiri tapi berguna untuk kehidupan orang lain. Ataukah Sulfur yang menjadi racun ketika bertemu Hidrogen, atau akan berguna untuk kehidupan ketika menjadi Sulfat.
Apakah menjadi diri sendiri cukup untuk bisa bermanfaat bagi orang lain? Saya rasa tidak. Mengubah diri demi menjadi bermanfaat saya rasa lebih baik daripada mempertahankan sifat asli diri sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar