Hari ini hari yang baik. Tuhan tersenyum padaku melalui
hidupku dan hidup orang orang di sekitarku. Yah, walaupun seharusnya setiap
hari adalah hari yang baik, mungkin baru hari ini aku menyadari kebaikan dari
hari itu sendiri.
Perjalanan yang kutempuh terasa mengasyikkan. Walaupun aku
menemukan beberapa hal yang berubah. Seperti toko sepatu sepi pengunjung dipinggir
jalan, dekat dengan lampu merah yang biasanya memainkan lagu-lagu menyebalkan,
sekarang telah menjadi suatu minimarket berwarna merah-jingga yang hampir di
setiap ruas jalan selalu ada. Aku sedikit menyesal mengapa tak kuingat wajah
pemilik toko sepatu itu.
Lalu secara simultan, helm yang dikenakan oleh pengendara-pengendara
lain di depanku seakan memperlihatkan suatu lukisan. Aku tak yakin apa yang
berusaha mereka sampaikan, yang jelas aku tahu helm-helm itu tersenyum. Dan
dilanjutkan dengan lampu lampu motor mereka yang menyala bergantian. Seperti ada
tempo dan irama yang apik di antara lampu lampu itu. Siapapun dirigennya, lampu
itu menjadi pemandangan unik selama perjalananku.
Begitu juga dengan gas buangan motor, mobil, truk, maupun
bus yang sudah tua. Aku tahu pembakaran tidak sempurna yang mereka lakukan
menghasilkan jelaga. Dan itu tidak baik bagiku. Namun karbon yang berterbangan
itu menari di depanku dan menyemangatiku. Tak tahu bentuk semangat mereka seperti
apa. Yang aku tahu, Tuhan ada disana, di jalan raya bersamaku.
Sesungguhnya Tuhan tidak pernah berhenti menunjukkan
kehadirannya di sekitarku. Aku hanya tak mau menyadarinya. Dan aku yakin bahwa
ketidaksadaranku lah yang membuatku merasa kesepian. Seperti kamu semua. Sesungguhnya kehadiran
Tuhan ada di dalam dirimu. Hanya aku tak mau mengenalmu dan berbincang dengan
Tuhan melalui dirimu.
Dan mungkin hari ini menjadi semakin indah karena aku baru
saja diingatkan oleh Tuhan. Aku diingatkan untuk tidak menjadi bukan diriku
sendiri. Untung aku bertemu denganmu. Walaupun pertemuan adalah perpisahan yang
tertunda, tapi aku menemukan sebagian dari Tuhan dalam dirimu. Mungkin itu yang
membuat aku sempat mencintaimu. Karena aku pernah lihat suatu gambar sepasang
kakek dan nenek yang sudah ubanan tersenyum satu sama lain dengan tulisan, “Jika
cinta karena Allah, cinta itu tidak akan mati”
Aku yakin cintaku tidak akan mati padamu. Yang mati hanyalah
keinginan untuk memilikimu. Karena pada hakikatnya, kamu adalah milik
orangtuamu. Ya, kamu semua. Tentunya sebelum kamu dewasa. Maka dari itu,
biarkan aku mencintaimu semua. Itu adalah salah satu caraku mencintai Tuhan.
Getaran ketika bersamamu tidak lagi getaran yang berasal
dari tulang belakang bagian pinggul. Getaran itu sekarang berasal dari ubun
ubun yang menjalar ke seluruh tubuh. Hampir sama dengan getaran ketika aku
menangis di atas sajadah tua. Ketika aku bertemu dengan Tuhan disaat sendiri.
Dan sekarang semua terasa lengkap. Aku dapat bertemu dengan
Tuhan kapan saja. Pada saat sendiri, maupun pada saat bersama kamu kamu semua.
Aku bersyukur dalam keterpurukanku. Bukan berarti aku
menikmatinya. Aku bersyukur karena aku bisa berdiri lebih tegak dari biasanya. Walaupun
terkadang pohon pisang yang lemah akarnya bakal menghalangi jalanku, aku
berani.
Angin tidak pernah salah, hanya akar saja yang terlalu
lemah. Cobaan tidak pernah berat, hanya mental saja yang mudah menyerah.
Aku hanya, terlalu bahagia hari ini. Terlalu bahagia karena
telah menyadari bertemu dengan Tuhan hampir sehari penuh. Dan memang sewajarnya,
karena Tuhan selalu bersama orang orang yang mau menyadarinya. Bukan hadits, cuma
kata kataku sendiri.
Seperti calon mertua yang galak pada calon menantunya, ia
menguji ketahanan calon menantunya dengan berbagai cara. Hanya demi mendapatkan
yang terbaik. Begitu juga Tuhan, sebelum kita bertemu dengannya, ia mempersiapkan
kita dengan baik sebelum kembali.
Mungkin cuma dengan Tuhan pacaran diperbolehkan
Allah, aku mencintaiMu. Jadilah pacarku.
0 comments:
Posting Komentar