Blu : Kenapa kamu kasih nama aku Blu? Apa gaada nama lain
yang lebih bagus? Cuman tiga huruf dan artinya pun cuma satu, biru
Jow: Soalnya pas kamu
lahir warnamu merah. Aku gasuka merah. Aku sukanya Chelsea
Blu : Kecerdasanmu hanya sebatas melebihi burung beo
Jow : Tapi kau lahir dari kecerdasanku. Terima saja
***
Coba bayangkan dirimu memiliki seekor naga yang lahir dari
kepalamu. Bukankah itu menjadi sesuatu yang luar biasa? Walaupun naga naga itu
tidak bisa dibuktikan eksistensinya, tapi mereka ada. Mereka ada di sekitar
kalian dan membantu kalian dalam berbagai hal. Bayangkan saja naga itu adalah
cerminan dari diri kalian. Sehingga apapun yang kalian lakukan, mereka akan
menjadi interpretasi dari diri kalian sendiri.
Coba lihat diriku disini. Entah sejak kapan aku mulai
berbicara dengannya. Awalnya ia malu malu denganku. Bicara padaku pun tak mau. Tapi
setelah aku melakukan hal hal baik untuk orang orang di sekitarku, ia mulai mencoba
mendekatiku, minimal hanya melirik. Dan lama kelamaan itu berhasil.
Aku mulai dekat dengannya, sering curhat atas segala
sesuatu. Walaupun aku terkadang tidak paham dengan ceritanya dari dunia naga. Katanya
kepemimpinan naganya itu berbentuk tirani. Pemimpinnya sangat keras. Kalau tidak
salah ia berada di negara yang dipimpin oleh Brythorn. Naga api yang berada di
puncak gunung es abadi. Makanya ketika Blu datang, warnanya merah. Ia terbuat
dari api yang tidak mati karena dinginnya es.
Lalu, yang paling bagus dari semuanya adalah, aku jadi tak
pernah merasa kesepian. Dimanapun aku berada, ia selalu mendampingiku. Walaupun
memang ia lebih penakut daripada aku. Tapi paling tidak, dengan kehadirannya
aku tak pernah merasa sendiri.
Di satu waktu, aku pernah bercerita padanya tentang
kehidupan cinta yang kujalani. Entah dapat darimana kata kata bijak yang tiba
tiba ia lontarkan. Padahal umurnya di sisiku, di duniaku sangatlah singkat. Seperti
ia dewasa dengan waktu yang cepat. Dan dia bilang “Bro, makin gede nyari cinta
itu makin susah. Makin banyak toleransi dan kriteria”. Untuk satu ini memang,
kata katanya benar menurut pandanganku.
Coba lihat anak sd pacaran. Kalaupun ada, dijamanku dulu
yang bisa mereka lakukan adalah mengirimkan surat melalui teman. Bisa dapat
surat cinta itu rasanya sudah luar biasa. Apalagi berani bertemu muka dengan
orang yang disuka. Lalu naik satu menjadi smp. Mungkin di smp jamanku dulu hanya
bisa smsan dan telpon. Bisa ketemuan dan jalan itu deg-degannya juga udah
setengah mati. Tapi apa sih yang mereka cari itu sebenernya? Bukannya mereka
itu pake konsep “aku suka kamu, kamu suka aku. Lalu kita pacaran” begitu saja
bukan?
Kalau mau melihat agak besar lagi, jaman kuliah misalnya. Sesudah
lihat fisik, yang ditanya berikutnya agama lah, ras lah, keturunan lah, harta
lah, idealisme lah. Dan banyak lagi. Padahal terkadang belum tentu suka betulan
juga. Kasihan kalau menikah tapi tidak cinta. Apalagi cuma karena harta. Kalau harta
bisa habis. Cinta seharusnya tidak.
Dan itu yang membuat aku rindu akan masa kecilku. Dimana aku
mengenal kata cinta hanya sebatas “aku suka kamu, kamu suka aku. Lalu kita
pacaran” dan tak perlu tapi tapi.
***
Terlihat di ujung kelas ia sendiri. Tidak melamun, seperti
melihat sesuatu yang berputar putar di sekitarnya. Memang, dari dulu ia seperti
itu. Dan dia selalu berceloteh tentang naga biru yang berwarna merah yang
dimilikinya. Teman-temannya menganggapnya orang gila, tapi justru dari
kegilaannya itulah banyak cerita inspiratif sekaligus motivasi bagi
teman-temannya yang sedang patah hati.
Dan yang paling favorit dari dirinya adalah, dia layaknya api yang tak pernah padam meskipun berada di suhu sedingin puncak gunung es sekalipun.
Mungkin ada benarnya tentang naga yang selalu ia sebut sebut. We should try, then :)
0 comments:
Posting Komentar