Ketika Cinta Mentok Di depan Pagar (part 1)

Suatu hari, di suatu malam kelabu lainnya, wuagwong berniat mengunjungi mantannya dirumahnya. Rumahnya terletak tak terlalu jauh dari rumah wuagwong sendiri. Ia barusan saja pulang dari kursus di suatu bimbingan belajar pada sore hari. Hingga petang datang dan ia tidak langsung pulang kerumah, melainkan nyasar dulu ke rumah orang yang masih di sayanginya saat itu.

Dan ia memacu motor dengan stnk yang tertulis nama kakaknya. Dengan Sim hasil tembakan, ia memberanikan diri menerobos angkot angkot berwarna kuning-hijau yang ndusel-ndusel di tengah keramaian kota. Hingga ia sampai di salah satu perumahan yang salah satu rumahnya dihuni oleh keluarga sang cinta.

Ketika baru sampai di depan gerbang, jantungnya berdegup kencang, janggutnya bergerak mengikuti angin berhembus, dan jakun di tenggorokonnya turun naik seperti sedang menelan sesuatu sebesar kepalan tangan orang dewasa.



Mungkin itu hanya perasaannya bahwa ia diamati oleh satpam penjaga perumahan itu. Karena ia merasa seperti orang dengan helm yang sama, motor yang sama, cara mengemudikan yang sama, bolak balik masuk perumahan seperti sedang mengamati target rumah, untuk di bom selanjutnya. Seperti layaknya teroris pengangguran yang kurang kerjaan.

Lalu sambil mengemudikan motornya ia mengambil hapenya untuk menghubungi cintanya. Ia coba menghubunginya, lalu menyuruh cintanya untuk keluar rumah segera. Untuk segera melakukan evakuasi karena dicurigai ada bom di sekitar rumahnya yang damai itu.

Bukan, itu cerita yang lain. yang benar : Ia meminta cintanya keluar dari rumahnya. Lalu wuagwong berhenti persis di depan pagar sebuah rumah hijau dengan pohon mangga di halamannya (entah itu pohon mangga atau bukan). Dan setelah menunggu beberapa lama, pagar terbuka, muncullah seorang bidadari cantik jelita yang baru saja turun dari kahyangan.

Pegal yang menimpa kakinya, pening yang menerpa kepalanya, hilang seketika, ketika bidadari yang cantik nan anggun itu menatap dalam ke arah mata wuagwong. Ia hanya bisa terpalu (sodaranya terpaku, temennya terobeng) melihat paras cantik gadis muda tersebut. Hingga secara sadar maupun tidak sadar, setetes air keluar melalui mulutnya yang unyu tersebut. Atau biasa kita sebut dengan iler.

Sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Ayahnya baru saja pulang dari kerja dan mau parkir di lapangan depan rumahnya. Seketika itu juga sang bidadari ber inisiatif untuk mengahncurkan mobil ayahnya agar perhatian ayahnya teralihkan. Namun sayang, ia tidak cukup kuat mental maupun fisik untuk melakukan hal itu, Sehingga, sang bidadari mengajak wuagwong untuk pergi beberapa jengkal dari rumahnya, hingga tak terlihat oleh seorangpun dari arah rumah hijaunya.

Satu masalah terselesaikan


Ketika sampai, wuagwong hanya bisa diam. Ia tak tahu apa yang harus di katakannya saat itu. Karena perasaannya benar benar campur aduk. Perasaannya yang campur aduk itu bagaikan... perasaan yang campur aduk.


Hingga beberapa saat berlalu, mereka sudah selesai berbicara dan wuagwong pulang dengan hati yang gembira. Seperti seorang chef yang diberi komentar bahwa makanannya enak oleh masterchef juna, ia pulang dengan wajah yang berseri seri bagaikan bunga. Layaknya orang di rumah sakit jiwa, bibirnya menyunggingkan senyum hingga ia sampai di rumahnya yang sebenarnya.

Dan ia berinisiatif untuk melakukannya lagi

~tu bi kontinyut~
Category:

0 comments:

Posting Komentar