Ketika Cinta Mentok Di depan Pagar (part 2)

Ya, kedatangan kedua wuagwong ke rumah cintanya akan segera dimulai. Sebuah kekacauan hati yang tak terelakkan lagi. Dan semua menjadi tak sebagaimana mestinya.

Merupakan malam minggu seperti yang sudah sudah. Wuagwong mengalami kebosanan yang teramat sangat. Lalu ia teringat akan cintanya, dan ia mendapatkan ide yang cukup unik dan aneh. Yaitu mendatanginya sekali lagi.

Tanpa panjang lebar, karena panjang kali lebar sama dengan luas, ia memacu sepeda motor yang kali ini stnk nya tertulis nama ibunya. Ia datang sekali lagi menerobos kerumunan orang yang sedang malam mingguan. Entah bersama kekasihnya atau bersama keluarga yang tercinta, atau mungkin bersama simpanannya, dan tidak menutup kemungkinan bersama peliharaannya.

Sebelum wuagwong pergi, ia membeli es krim di salah satu toko dekat rumahnya. Ia berniat membelikannya untuk cintanya tersebut. Dan ia tidak berpikir bahwa es krim itu bisa meleleh dengan mudahnya.



Sambil lalu, ia mencoba menghubungi gadis itu. Ia membujuknya untuk keluar rumah. Namun mujur tak dapat di diraih, gadis itu tak mau. Dengan segala cara ia membujuknya. Mulai dari cara bujukan paling romantis yang pernah ia buat, hingga ancaman bom teroris yang akan di lancarkan ke rumah gadis itu.

Akhirnya wuagwong tak bisa berbuat apa apa. Hal terakhir yang bisa ia lakukan adalah menunggu di depan rumah sang bidadari.

Meski banyak rintangan yang melalui, wuagwong tak bergeming sedikit pun. Nyamuk nakal yang suka mencuri timun pun menggerogoti tubuhnya secara perlahan tapi pasti. Hujan rintik rintik jatuh dari langit yang bersaksi atas kejadian itu. Dan rasa malu yang ia coba untuk tahan. Karena kebodohannya, di twitter ia menjadi bahan ejekan teman temannya. Dan juga tikus tidak tau malu karena memang tidak punya malu, yang lalu lalang di sekitar wuagwong saat itu.

Satu jam pun berlalu. Setelah cukup lama bertahan, jawaban pun terlihat. Seseorang melihat keluar melalui jendela rumah gadis impiannya itu. Lalu pintu pun terbuka. Cahaya yang kurang terang membuat matanya sedikit agak kabur. Sehingga ia tidak bisa melihat jelas siapa yang keluar dari rumah hijau tersebut.

Perlahan tapi pasti, suara langkah terdengar. Wuagwong memalingkan wajah unyunya, tak berani melihat berasal dari manakah suara itu. Yang jelas ia yakin, seseorang keluar dari rumah gadis tersebut. Jantungnya berdegup lebih kencang daripada ketika ia bernyanyi dengan suara yang fals di depan ratusan orang. Keringatnya mengucur bagai keran musola yang bocor dan tak segera di benahi. Kakinya bergetar layaknya ia sedang berpijak pada bumi yang sedang terjadi gempa 9,5 skala richter.

Pagar pun terbuka. Seseorang dengan baju taqwa hijau dan sarung yang terbelit di tubuhnya keluar. Ia tahu pasti bahwa itu bukanlah gadis impiannya. Karena jelas tak mungkin cintanya bertubuh seperti laki laki. Dan ia baru saja menyadari bahwa orang tersebut adalah ayah dari gadis yang dicintainya saat itu.

Satu pertanyaan meluncur dari mulut seseorang yang diinginkan wuagwong akan menjadi kekaksihnya nanti. Maaf bukan itu. Dari seseorang yang diharapkan wuagwong menjadi mertuanya suatu saat nanti.
"Cari siapa ya?"
Wuagwong bingung harus menjawab apa. Lalu terbersit jawaban dungu yang terlintas di pikirannya
"Gak cari siapa - siapa pak"
Sungguh orang dengan IQ gali tanah pun tahu, bahwa orang yang menunggu sampai satu jam lamanya pastilah sedang mencari seseorang. Orang itu menjawab sekenanya saja.
"Oh, saya kira cari siapa"
Akhirnya wuagwong meralat jawabannya
"Sebenernya saya nyari ### pak"
Ia menyebutkan nama cintanya tersebut. Lalu lawan bicaranya pun menjawab.
"Loh, ###nya sudah tidur"
Wuagwong tahu, bahwa cintanya sebetulnya masih melek saat itu. Bahkan mungkin sedang menyaksikan kejadian aneh itu. Kejadian dimana seorang mantan kekasih bertemu dengan orang tuanya sendiri.

Percakapan pun berlanjut beberapa saat sesudahnya. Hanya pertanyaan ringan seperti nama, alamat, asal sekolah, gaji orang tua, kapan pensiun, aib diri sendiri, dll. (maaf, tiga terakhir dibajak)

Dan tanpa mengucapkan salam perpisahan atau apapun, wuagwong berlalu begitu saja. Perasaannya sama ketika ia pertama kali kerumah cintanya. Campur aduk. Namun kali ini campur aduk yang sedikit berbeda. Malu, marah pada diri sendiri, mengutuk diri sendiri, dll. 

Ketika sampai rumah ia benar benar menyesal, mengapa ia tak mengucapkan salam dahulu, mengapa ia tak mencium tangannya sebagai tanda hormat terlebih dahulu, mengapa tidak merencanakan segeal sesuatu terlebih dahulu. mengapa ini mengapa itu, tetap bergema di dalam pikirannya selama beberapan saat kemudian.

Pikiran negatif terus saja berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Wuagwong bingung setengah mati. Ia takut cintanya yang akan disalahkan oleh orang tuanya. Semua kemungkinan jelek terus saja bernaung di sekitar tempat tidurnya yang damai itu. 

Dan ia sadar satu hal, es krim yang sudah ia siapkan meleleh. dengan segera ia lakukan pertolongan pertama pada es meleleh. Ia masukkan es krim yang rencananya akan di berikan kepada cintanya, ke dalam freezer kulkasnya.

Di dalam pikirannya, ia terus saja berkata
"Apa yang akan terjadi padaku kalau orang ku cintai akan membenci ku setengah mati karena kesalahan bodoh yang kulakukan sendiri? Dan bagaimana ia akan membenci ku? Dan apa ia akan menjauh?"
Dst...  

Malam minggu tetap berlanjut apapun yang terjadi pada wuagwong saat itu. Bagi yang menikmatinya akan merasa nikmat, bagi yang tidak akan teteap meras tidak. Apapun yang terjadi.

~tu bi kontinyut~
Category:

0 comments:

Posting Komentar